Di balik setiap karya kerajinan logam yang indah, tersembunyi proses panjang dan penuh ketelatenan. Di Boyolali, daerah yang terkenal dengan seni ukir logamnya, kerajinan tembaga dan kuningan bukan hanya soal produk—tapi juga tentang proses yang menyatu dengan nilai budaya dan keahlian turun-temurun.

1. Desain dan Sketsa Awal

Segalanya dimulai dari ide. Para pengrajin biasanya berdiskusi dengan pemesan atau tim desain untuk menentukan motif dan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, dibuatlah sketsa di atas kertas maupun langsung di permukaan logam sebagai panduan awal ukiran.

2. Pemotongan dan Pembentukan Plat Logam

Lembaran tembaga atau kuningan dipotong sesuai ukuran yang dibutuhkan. Kemudian, logam dibentuk mengikuti kontur desain—bisa datar atau melengkung, tergantung kebutuhan. Proses ini menggunakan palu dan alat bantu sederhana, namun memerlukan ketelitian tinggi.

3. Pemahatan (Embossing dan Engraving)

Inilah bagian paling krusial. Pemahatan dilakukan secara manual menggunakan tatah dan palu kecil. Pengrajin memukul perlahan mengikuti pola ukiran yang telah dibuat.

Embossing: Untuk membuat permukaan timbul, logam dipukul dari belakang.

Engraving: Untuk membuat ukiran masuk ke dalam (cekung), pemukulan dilakukan dari depan.

Proses ini bisa memakan waktu berjam-jam hingga berhari-hari, tergantung ukuran dan kerumitan motif.

4. Penyempurnaan Detil dan Finishing

Setelah proses ukir selesai, bagian-bagian kecil diperhalus menggunakan alat tajam dan amplas khusus. Kemudian dilakukan finishing seperti:

Pewarnaan (patina atau coating)

Poles untuk efek mengkilap atau doff

Pelapisan anti karat

Tahapan ini membuat hasil akhir tampak lebih hidup dan tahan lama.

5. Perakitan dan Pemasangan

Jika kerajinan terdiri dari beberapa bagian (seperti lampu gantung, pintu, relief dinding), semua bagian akan dirakit sesuai desain akhir. Setelah itu, siap dikirim dan dipasang sesuai kebutuhan pelanggan.

Seni, Ketelatenan, dan Jiwa yang Tercurah

Kerajinan tembaga dan kuningan dari Boyolali bukan sekadar produk dekoratif. Ia adalah representasi dari semangat kerja keras, ketelitian, dan jiwa seni para pengrajin lokal. Setiap goresan ukiran adalah hasil dari jam terbang tinggi dan dedikasi untuk melestarikan budaya Nusantara.